Jumat, September 02, 2011

Libur lebaran

Oiiii, ngga kerasa 1 minggu ini sudah dilewati tanpa rutinitas yang sewajarnya. Semua karena libur panjang lebaran yang di pukul rata selama 5 hari kerja (29 Agustus 2011 - 02 September 2011). Banyak yang mengisi liburan dengan melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman, dan mungkin ada juga yang hanya tinggal dirumah bareng keluarga (seperti saya).

Yaaa, sedikit mengenai kisah liburan saya dan keluarga selama 1 minggu ini. Diawali dengan rasa sakit pada kepala dan badan meriang pada hari Jumat, 26 Agustus 2011). Memang sudah dari minggu lalu badan rasanya mau "rontok", mungkin karena faktor stamina yang tidak fit, ditambah lagi dengan kurangnya berolah-raga membuat badan ini jadi rentan kena penyakit.

Ya sudah mau ngga mau selama week end hanya tidur saja dirumah sambil sesekali meringis kesakitan, karena kepala rasanya mau pecah. Puji Tuhan hari Senin, 29 Agustus 2011 badan sudah berasa "enteng" (walaupun berat masih tetap bercokol di angka 88 Kg) dan kepala sudah tidak terlalu sakit. Akhirnya siang itu juga kami sekeluarga pergi ke Plaza yang ada di Pondok Gede untuk bawa anak - anak main dan sekalian cari makan siang.

















Setelah "berkeliling" akhirnya kami pun menjatuhkan pilihan untuk santap siang di resto fast food yang ada area bermainnya (biar hemat ortunya makan, anak2nya main wkwkwk). Ngga berasa sudah jam 16.00 akhirnya kami pun segera turun ke parkiran motor dan mengarah pulang.

Keesokan harinya, setelah selesai dengan urusan berbenah rumah anak - anak minta jalan - jalan ke Pondok Gede untuk makan siang dan main - main lagi. Akhirnya kita pun coba makan di cafetaria di pasar Pondok Gede, ya lumayan lah makanan rumahan dengan harga relatif terjangkau.
































Udah dulu ya ud nguantuk nih, mudah - mudahan besok bisa di sambung lagi ......

Kamis, Februari 24, 2011

Iga Penyet Warung Tekko, Sedap!

Wah tambahan referensi tempat buat makan siang nih ......

KOMPAS.com — Dengar nama Warung Tekko pasti ingat iga penyet. Setahun belakangan ini memang sedang booming banget ya si iga penyet ini. Dari yang kaki lima sampai yang kelas restoran. Nah kali ini saya bersama teman-teman yang berasal dari luar kota ingin mencoba Iga Penyet Warung Tekko yang terkenal ini, jadilah kami langsung menuju Warung Tekko yang berada di daerah Pesanggrahan, Jakarta Barat.

Tempatnya terdiri dari dua ruko yang digabung, ada lantai satu dan dua. O iya, desain interiornya juga cukup lucu, ada beberapa lukisan Bali yang dipajang dan ada juga lampu-lampu dari anyaman bambu. Meskipun kami datang sudah hampir pukul 22.00, tapi masih saja ramai pengunjungnya, bahkan sampai ke lantai dua.

Kalau makan disini sudah pasti makan iga penyet dong, he-he... nggak lengkap kalau belum makan iga penyetnya. Kemudian, kami juga pesan cah kangkung, tahu goreng, gurame goreng kering, ayam penyet, jamur crispy, dan minumnya es jeruk nipis untuk menetralisir lemaknya.

Warung Tekko menyajikan iga penyet di sebuah piring tanah liat yang penuh dengan sambal, dan dua buah potong iga sapi yang sudah digoreng terlebih dahulu pastinya. Sambalnya juga bisa dipilih, mau sedang atau pedas, bergantung pada selera Anda. Yuk, kita cobain iganya. Wah empuk dan lumayan kering, tidak terlalu banyak minyaknya dan terasa sekali pedas sambal penyetnya. Rasa keseluruhannya? Hmm Yummy, enak dan mantap. Cobain deh....

Sekarang kita cobain lauk yang lain, ada cah kangung dan tahu goreng. Cah kangkungnya lumayan. Nah tahu gorengnya nih yang enak, dicocol dengan sambal penyetnya, nyam nyam... enak lho. Tahunya kering diluarnya, tapi didalamnya sangat lembut. Ada juga ayam penyet, rasanya juga tidak kalah enak dengan iga penyetnya, bumbunya meresap sampai ke dalam dagingnya. Kemudian ada juga jamur crispy, salah satu menu yang sudah saya incar dari tadi. Jamur yang digoreng tepung ini rasanya sangat enak, gurih, dan tidak keras.

Tak ketinggalan gurame goreng keringnya yang sangat mengundang selera ini, begitu saya gigit.... wah rasanya benar-benar enak, kering banget, dan jadi tambah enak setelah saya campur dengan sambal penyetnya. Gurame goreng keringnya juga harus Anda coba nih he-he...

He-he... udah pada nggak sabar kan makan iga penyet di Warung Tekko. Harganya juga standar kok, tidak mahal. Selain itu cabangnya juga banyak. Jadi Anda tinggal pilih cabang yang paling dekat dengan lokasi Anda. (Ita)

Rabu, Februari 23, 2011

Lumpia Basah

waduh kayaknya kudu dicoba nih, sembari jalan pagi2 numpak montor ke Bogor muantebz buangetz nih (4L4Y style)



YUDI/DOYANMAKAN.COM Lumpia basah khas Bogor.

KOMPAS.com - Sewaktu kami jalan-jalan di jalan Surya Kencana, Bogor, kami tidak sengaja menemukan satu makanan yang menurut kami ini enak sekali. Yaitu Lumpia Basah Bogor yang berada di Gang Aut, Jalan Surya Kencana, persis didepan sebuah toko oleh-oleh. Aroma lezatnya membuat saya berhenti di depan gerobaknya dan langsung memesan Lumpia Basah ini, teman saya sampai terheran-heran he-he...

Bagaimana saya tidak tergoda untuk mencobanya, harumnya menyebar kemana-mana pada saat si bapak menumis isi lumpianya. Saya pun harus rela menunggu sekitar 20 menit, karena ada pesanan sekitar 15 buah milik ibu-ibu yang berdiri di sebelah saya. Hmm...tidak apa-apa deh, demi lumpia basah he-he...

Sembari menunggu saya ngobrol-ngobrol dengan penjualnya, Bapak Alen namanya dan beliau sudah berjualan sejak tahun 1972. Beliau juga bercerita bahwa sampai saat ini dia mempunyai banyak pelanggan yang tetap setia membeli lumpianya dari zaman dulu hanya 50 perak sampai sekarang sudah Rp 8.000. Dan sekarang dia dibantu oleh kerabatnya untuk menyiapkan kulit-kulit lumpianya, tapi yang memasak dan meracik bumbu isi lumpianya tetaplah Pak Alen sendiri.

Cara memasaknya pun masih menggunakan tungku dan arang, membuat rasanya jadi sedikit berbeda dengan lumpia-lumpia basah yang lain. Isi Lumpia Bogor menggunakan bengkoang sebagai isinya, bukan rebung seperti lumpia basah ala Semarang.

Akhirnya lumpia pesanan saya jadi juga, ukurannya cukup besar dan dibungkus dengan daun pisang. Langsung saja saya coba, nyam nyam ... ternyata enak sekali. Bengkoang, telur dan tauge yang dijadikan isi lumpianya berbaur sempurna dengan racikan bumbunya. Agak manis, gurih dan dan sedikit pedas karena campuran sambal yang tadi saya minta tambahkan pada saat bapaknya menumis. Mantap deh lumpia basah Pak Alen.

Tidak heran beliau mempunyai banyak pelanggan setia, karena memang rasanya enak sekali. Membayangkannya saja sudah membuat saya kepingin makan lumpia basah ini lagi. (Ita)

Selasa, Mei 25, 2010

Kabar baru, muka lama

Hallo my blog,
Apa kabar? Baru sekarang lagi bisa nemuin n nyoret - nyoretin kamu lagi, maklum banyak kerjaan. Oh iya rencananya Jumat besok pengen solo rolling ke puncak bareng si PIBO, sekalian ngetes kekuatannya di tanjakan. c u later ya.....

Kamis, Oktober 08, 2009

Napak tilas ke tanah kelahiran

Praise The Lord,

Akirnya sampai kembali di Kupang. Maaf baru bisa report lagi karena baru kembali ke Hotel Kristal di Kupang.

*Field Report To Ndao*

Berangkat dari Hotel Kristal jam 07.00, tiba di pelabuhan Tenau jam 07.30 dan berangkat dari pelabuhan Tenau jam 08.00. Perjalanan memakan waktu selama 2 jam, dan tiba di pelabuhan Ferry cepat Baa di Pulau Rote - Baa langsung naik mobil angkutan yang membawa ke pelabuhan Nembrala di dusun Ndela. Kami diantar oleh kaka Jae dan kaka Wim, yang ternyata berasal dari dusun yang sama dengan kami.

Tiba di pelabuhan Nembrala kami bertemu dengan Bapa Janus Ndun (ternyata beliau masih satu dusun juga dengan kami)yang menyewakan kapal motornya untuk mengantar kami ke pulau Ndao. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 2 jam untuk tiba di pulau Ndao, ditengah perjalanan ternyata pancingan yang dipasang menangkap ikan Tongkol yang cukup besar.

Begitu kami tiba kami diterima oleh keluarga Ibu Matelda yang bekerja sebagai guru di Ndao. Sembari melepas lelah dan bercerita mengenai perjalanan kami, akhirnya ikan yang tadi kami tangkap sudah di "olah" oleh kaka Wim menjadi ikan bakar yang menemani santap sore kami.

Sekitar pukul 17.00 (WITA) kami melanjutkan perjalanan sowan ke rumah Opa Nan Kotten, salah satu orang yang dituakan di Ndao. Kemudian kami di antarkan ke dusun Mbali Lendeiki, dimana ditempat inilah leluhur kami lahir dan dibesarkan. Kami diterima di rumah Oma Ruth, dan menghabiskan malam dirumah mereka. Kami akhirnya bertemu dengan keluarga besar Kotten diantaranya Opa Usu, Opa Franz beserta anak dan cucu mereka (Hendrik dan Willem).

Keesokan harinya kami pergi ke pantai yang berada di belakang Ndao. Pulau Ndao sendiri memiliki panjang sekitar 7,5 Km dan lebar sekitar 3 Km, dan terbagi menjadi 4dusun : Ollie Patula, Mbali Lendeiki, Mbiu Lombo, Analau Raetendo. Sebagian besar penduduk ini hidup sebagai nelayan dan sebagian lagi hidup di perantauan di daerah Rote dan Kupang. Pulau ini belum ada aliran listrik, jadi untuk mendapat listrik harus mempunyai mesin diesel dan solar, namun karena mereka hidup hanya sebagai nelayan dan guru sehingga menyebabkan tidak semua rumah memiliki listrik. Kalau malam tiba cahaya penerangan hanya didapat dari cahaya bulan saja.

Tidak terasa kami sudah tinggal selama 3 hari 2 malam, hari Rabu jam 08.00 kami bertolak dari Ndao menuju Ndela dan kembali ke pulau Rote. Kami menginap 1 malam di penginapan Grace di daerah Rote. Kami diterima oleh kaka Elvis pemilik penginapan dan rumah makan Grace.

Hari Kamis siang kami berangkat ke pelabuhan Rote - Baa untuk menyebrang ke Kupang. Tiba di Kupang jam 14.00, kami langsung menuju kembali ke Hotel Kristal untuk menginap 1 malam lagi sebelum besok sore kami berangkat ke Bali untuk bertemu dengan Tante Ida serta Ayu dan Adi.

...lanjut besok lagi ya...